Yamas.or.id – Di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia yang seringkali dipenuhi dengan ambisi, kesibukan, dan perjuangan, ada satu perbuatan yang mendapat kemuliaan luar biasa di sisi Allah SWT: menyantuni anak yatim. Allah SWT dan Rasulullah SAW memberikan perhatian besar terhadap mereka yang kehilangan kasih sayang orang tua dan hidup dalam kesendirian dan keterbatasan. Mereka bukan hanya membutuhkan materi, tapi juga cinta, perhatian, dan harapan.
Lalu, mengapa menyantuni anak yatim begitu dimuliakan dalam Islam? Apa makna spiritual, sosial, dan kemanusiaan dari tindakan ini? Mari kita renungkan bersama.
1. Janji Kedekatan dengan Rasulullah SAW
Salah satu keutamaan paling agung dari menyantuni anak yatim adalah janji dari Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa orang yang peduli terhadap anak yatim akan berada dekat dengannya di surga.
Rasulullah SAW bersabda:
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini,” kemudian beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan keduanya.”
(HR. Bukhari)
Hadis ini menyiratkan pesan cinta yang dalam. Bayangkan, kedekatan dengan Rasulullah SAW di surga! Sebuah posisi yang tentu diidam-idamkan oleh setiap Muslim. Ini bukan hanya tentang amal sosial, tetapi bukti keimanan dan kasih sayang yang nyata kepada sesama.
2. Jalan Menuju Ampunan dan Surga
Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk memperhatikan anak yatim. Dalam banyak ayat Al-Qur’an, Allah menyebutkan bahwa mereka yang menyantuni anak yatim dan memberi makanan kepada orang miskin adalah termasuk golongan orang-orang beriman yang akan mendapatkan surga.
Allah berfirman:
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.”
(QS. Al-Insan: 8)
Ayat ini menegaskan bahwa menyantuni anak yatim adalah bagian dari amal shalih yang membuka jalan menuju surga. Menyisihkan sebagian dari rezeki yang kita miliki bukan hanya meringankan beban mereka, tapi juga menjadi investasi abadi di akhirat.
3. Wujud Nyata Ketakwaan dan Kelembutan Hati
Menyayangi anak yatim bukan semata-mata karena rasa kasihan, tetapi karena kita menyadari betapa besar tanggung jawab sosial yang harus dipikul oleh umat Islam. Kepedulian terhadap mereka menunjukkan ketakwaan yang hidup dalam hati seorang mukmin.
Allah SWT berfirman:
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim.”
(QS. Al-Ma’un: 1–2)
Mengabaikan anak yatim atau bersikap kasar kepada mereka adalah ciri orang yang mendustakan agama. Artinya, iman seseorang tidak bisa sempurna bila ia tidak menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak yatim.
4. Menebar Kebaikan dan Membangun Peradaban
Ketika seseorang membantu anak yatim, ia sejatinya sedang membangun pondasi masa depan. Anak-anak yatim yang disantuni dan diberdayakan memiliki kesempatan lebih besar untuk tumbuh menjadi pribadi yang kuat, cerdas, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Bayangkan jika ribuan anak yatim diberikan pendidikan yang layak, lingkungan yang hangat, serta kasih sayang yang tulus. Mereka bisa menjadi pemimpin, pendakwah, atau ilmuwan hebat. Maka, perbuatan menyantuni anak yatim adalah kontribusi besar terhadap pembangunan peradaban Islam yang bermartabat.
5. Menjadi Sarana Pembersih Harta
Menyantuni anak yatim juga merupakan bentuk sedekah, yang sekaligus berfungsi sebagai pembersih harta. Dalam Islam, harta yang kita miliki bukan sepenuhnya milik kita. Ada hak orang lain di dalamnya, termasuk anak yatim.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.”
(HR. Muslim)
Artinya, dengan bersedekah kepada anak yatim, Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Harta akan terasa lebih berkah, hidup lebih tentram, dan insyaAllah jauh dari keburukan.
6. Menumbuhkan Rasa Syukur dan Empati
Berinteraksi dengan anak yatim, menyaksikan perjuangan mereka, serta mendengar kisah hidup mereka seringkali menggugah hati. Kita menjadi lebih sadar bahwa hidup ini bukan hanya tentang memenuhi keinginan, tapi juga memahami penderitaan orang lain.
Dari sana, lahir rasa syukur yang lebih besar atas nikmat yang kita miliki. Juga empati yang memperhalus akhlak dan membentuk pribadi yang lebih peduli serta peka terhadap sesama.
7. Menghindarkan Diri dari Azab
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW mengingatkan agar kita jangan menyia-nyiakan anak yatim:
“Ya Allah, saksikanlah bahwa aku memperingatkan umatku terhadap hak anak yatim.”
(HR. Abu Dawud)
Ancaman bagi mereka yang menganiaya, memakan harta anak yatim secara zalim, atau mengabaikan hak-haknya sangatlah serius. Maka, menyantuni anak yatim bukan hanya mendatangkan pahala, tetapi juga menyelamatkan diri dari murka Allah.
8. Ladang Amal Jariyah yang Tidak Terputus
Jika kita menyantuni anak yatim, apalagi dalam bentuk pendidikan atau pemberian mushaf Al-Qur’an, maka manfaatnya bisa berlangsung terus menerus. Bayangkan seorang anak yang kelak menjadi hafiz Qur’an berkat bantuan mushaf darimu. Setiap ayat yang ia baca, setiap ilmu yang ia sebarkan, pahalanya akan terus mengalir untukmu.
Inilah yang disebut amal jariyah: pahala yang tak akan terputus bahkan ketika kita telah tiada.
Saatnya Bertindak!
Menjadi orang yang dimuliakan oleh Allah bukanlah hal yang mustahil. Salah satu jalannya adalah dengan menjadi sahabat bagi anak-anak yatim. Kita bisa mulai dari hal kecil: menyumbangkan sebagian rezeki, menjadi relawan, atau menyebarkan informasi tentang program-program yatim di sekitar kita.
Seperti yang tertulis dalam QS. Al-Baqarah: 261:
“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai seratus biji…”
Bersama anak-anak yatim, kita bisa meraih surga. Bersama mereka pula, kita bisa menjadi hamba yang dimuliakan oleh Allah. Jangan ragu untuk menjadi bagian dari perubahan. Jadilah tangan-tangan yang menghapus air mata mereka, dan hati yang menumbuhkan harapan baru di hidup mereka.
“Klik link ini sekarang, bahagiakan anak-anak yatim hari ini. Sekecil apa pun, sedekahmu membawa berkah yang besar.”
🔗https://yamas.or.id/campaign/sedekah-santunan-yatim
